Look What You've Done to Me

8:31 AM





Aku tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya aku akan terhempas jatuh sejauh ini, dalam sekali hingga tidak ada setitik cahaya yang dapat kulihat. Kupikir aku sudah ada di posisi yang benar. Kupikir usahaku sudah cukup untuk membuatmu bersamaku. Ternyata aku salah, aku terlalu cepat menyerah walaupun aku sebenarnya masih ingin memperjuangkan kamu. Tapi apa gunanya jika yang berjuang hanya dari satu sisi, kan? 

Kurasa tugasku untuk mennyukaimu sudah cukup sampai disini. Bukannya karena aku yang mau, tapi aku terpaksa harus berhenti. Karena kamu yang sengaja mengakhirinya, kan? 

Ternyata selama ini aku salah menafsirkan tindakan dan kata-katamu. Seandainya aku bisa melihat mata mu dan membaca semua isi otakmu itu, pasti sekarang aku tidak harus mendengarkan musik patah hati setiap malam sembari melihat chat-chat kita sebulan sebelumnya. Saat pertama kali kita bertemu.

Kamu seorang pembohong ulung, kurasa. Kamu bisa membaca situasi dan mencari kesempatan untuk menjadikan aku korbanmu selanjutnya, Entah apa yang terjadi padaku saat itu, tapi aku berhasil masuk perangkapmu. Seandainya aku cukup mengerti, aku tidak akan membuat pertemuan kita sebagai sesuatu yang spesial atau sebagai sesuatu yang memang semesta sengaja mempertemukan kita dengan keajaibannya dan semacamnya. Seandainya saat itu aku tidak terburu-buru mengartikan tingkah mu yang selalu perhatian dan ucapanmu yang terlihat menjajikan seakan penuh cinta, pasti malam ini aku sedang berada diluar sana bersama teman-temannku. Tapi sayangnya aku memilih berdiam diri di kamarku, mencari puluhan puisi yang sesuai dengan perasaanku.

Bukankah setiap orang yang jatuh cinta pasti merasa bahagia dengan sekecil apapun hal yang dilakukan oleh orang yang disukainya? Aku pun seperti itu. Dengan kau mengajakku pergi karena kau bosan di rumah dan kita berkeliling selama satu jam tanpa arah tujuan atau saat kamu membawakanku sop iga sapi favoritku saat aku sedang flu hari itu atau saat kamu memelukku ketika aku menangis karena melihat seekor kucing yang tertabrak di pinggir jalan malam itu. Aku menyukaimu. sangat menyukaimu sampai aku tidak mengerti dimana kesalahanku sehingga kau berhenti memilihku. Berhenti bersikap perhatian kepadaku. Berhenti berjuang bersamaku hingga hanya aku yang tersisa sendiri. Aku sudah berusaha semampuku tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Dimana perasaanmu yang dulu itu ? 

Seandainya aku tidak terlalu menggrubismu pas pertama kali kita berkenalan di bis saat itu. Seandainya aku tidak terlalu merespons semua chat dan ajakan mu untuk bertemu denganku bulan itu. Seandainya aku tidak harus memikirkanmu sedetail itu, aku tidak perlu membuat hatiku berkerja lebih keras menyembuhkan lukanya. Sayangnya, otak ku terlalu penasaran dan keingintahuanku lebih besar untuk mengenalmu lebih jauh. Jika dari awal aku tidak mengenalmu, aku tak perlu menumpahkan air mata ini di wajahku. Pasti sekarang kau sedang tertawa puas, kan?

Pada akhirnya, masing-masing dari kita telah memilih jalannya sendiri. Kamu, dengan pilihanmu kembali bersama dia, seorang perempuan yang memang sudah ada di hidupmu sebelumnya, Melanjutkan bab selanjutnya kisah cintamu dengan dia yang sempat terhenti karena aku (mungkin), dan aku disini dengan pilihanku dimana aku terpaksa menyerah dan membiarkan rasa suka ini terhempas jauh di dalam tempat tergelap layaknya lubang hitam di semesta hingga pada akhirnya aku perlahan-lahan melupakanmu dan saat kita bertemu suatu hari nanti, yang kita lakukan tidak lebih dari saling mengucap "hai" satu sama lain dan pada saat itu, aku melihatmu tidak lebih dari seseorang yang kutau hanya namanya saja. 

Banjarbaru, 29 Desember 2016

You Might Also Like

0 comments